MAKALAH
“TAKHRIJ DAN MUKHARIJ”
Diajukan
untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata
kuliah Ulumul Hadis
Di Susun oleh:
Muhammad
Syadid Daelami
NIM
: 1413123043
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Tahun
2013/2014
Jl.
Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon 45132
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن
الرحيم
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Karena dengan
limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan
tepat pada waktunya. Karya tulis ini membahas Takhrij dan Mukharij.
Penyajian makalah ini diawali dengan
pendahuluan kemudian pembahasan dan yang terakhir penutup. Dengan harapan akan
menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Takhrij dan Mukharij serta menambah semangat belajar dan
meningkatkan prestasi kita.
Dengan diselesaikannya tugas makalah ini
diharapkan kepada para mahasiswa supaya dapat memahami secara mendalam tentang
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji dalam makalah ini yang
berkaitan dengan Takhrij dan mukharij.
Kamipun menyadari bahwasanya makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kami selaku penulis berharap kepada para
pembaca agar dapat memahami lebih dalam tentang apa yang tertulis dalam makalah
ini dan semoga apa yang kami susun dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan teimakasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat. Amiin …
Cirebon, 10 Februari 2014
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
Pada awalnya
ilmu takhrij hadis tidak diperlukan oleh ulama namun seiring berjalannya waktu
dan kebutuhan terhadap penunjukan hadis terhadab sumber aslinya maka
memunculkan berbagai kitab-kitab takhrij, menjelaskan metodenya, dan menentukan
kualitas hadis sesuai kedudukanya. Takhrij adalah menunjukkan hadits pada
rujukan pokok ( asli ) yang sudah dikeluarkan lalu disebutkan pula kedudukan
hadits tersebut pada saat yang diperlukan. Ilmu takhrij merupakan bagian dari
ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan
berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Disamping itu,
didalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam
menentukan kualitas sanad hadis. suatu hadis merupakan hal yang mutlak
diperlukan. Dalam makalah takhrij hadis kali ini akan dibahas mengenai:
Pengertian takhrij hadis, tujuan dan manfa’at takhrij hadis, kitab-kitab yang
diperlukan dalam mentakhrij, cara pelaksanaan dan metode takhrij
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhrij Hadis
Secara
etimologi, kata takhrij ( تخريج) berasal dari fi’il madli kharaja (ﺧﺭﱠﺝ) yang berarti
mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata dasar khuruj (خروج) yang
berasal dari kata kharaja (خرﺝ) yang berarti
keluar. Dengan demikian takhrij hadis berarti mengeluarkan hadis dari
sumbernya. Sedangkan secata terminology takhrij adalah menunjukkan tempat
hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan
lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.
Sedangkan menurut Al-Thahhan, setelah menyebutkan beberapa macam pengertian
takhrij di kalangan ulama hadis, menyimpulkan bahwa: takhrij hadis adalah
menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli
yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya
masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan kualitas hadis yang
bersangkutan.dari definisi tersebut terlihat bahwa hakikat dari takhrij
al-hadis adalah:penelusuran atau pencarian sumbernya yang asli yang didalamnya
dikemukakan secara lengkap matan dan sanad-nya.
B. Tujuan dan Manfa’at Takhrij Hadis.
Mengenai
tujuan dan manfaat takhrij hadits ini, ‘Abd al-Mahdi melihatnya secara terpisah
antara satu dengan yang lainnya. Menurut ‘Abd al-Mahdi, yang menjadi tujuan
dari takhrij adalah menunjukkan sumber hadits dan menerangkan ditolak atau
diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian, ada dua hal yang menjadi tujuan
takhrij, yaitu :
1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits,
dan
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits,
apakah dapat diterima atau ditolak.
Sedangkan
manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya:
1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits,
kitab-kitab asal dari suatu hadits beserta ulama yang meriwayatkannya.
2.
Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ditunjukkannya.
3.
Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi’ atau
lainnya.
4. Memperjelas perawi hadits yang samar karena
dengan adanya takhrij, dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara
lengkap.
5. Dapat
membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafadz dan yang
dilakukan dengan makna saja.
Sedangkan menurut ‘Abd al-Mahdi manfaat
takhrij hadis setelah disimpulkan sebagai berikut : Diantara manfaat takhrij
antara lain yaitu:
1. Takhrij dapat memperkenalkan sumber hadits.
2.
Takhrij dapat menambah perbedaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ada.
3.
Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad.
4. Takhrij memperjelas hukum hadits dengan
banyak meriwayatkannya itu.
5. Dengan takhrij kita dapat mengetahui
pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum hadits.
6. Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang
samar.
7. Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang
tidak diketahui namanya.
8. Takhrij dapat menafikan pemakaian “An” dalam
periwayatan hadits oleh seorang perawi mudallis.
9. Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan
terjadinya percampuran riwayat.
10. Takhrij dapat membatasi nama perawi yang
sebenarnya.
11. Takhrij dapat memperkenalkan periwayatan
yang tidak dapat dalam satu sanad.
12. Takhrij dapat memperjelas arti kalimat yang
asing yang terdapat dalam satu sanad.
13. Takhrij dapat menghilangkan hukum “syadz”
(kesendirian riwayat yang menyalahi riwayat tsiqat) yang terdapat pada suatu
hadits.
14. Takhrij dapat membedakan hadits yang mudraj
(yang mengalami penyusupan sesuatu) dari yang lainnya.
15. Takhrij dapat mengungkapkan keragu-raguan
dan kekeliruan yang dialami oleh seorang perawi.
16. Takhrij dapat mengungkap hal-hal yang
terlupakan atau diringkas oleh seorang perawi.
17. Takhrij dapat membedakan antara proses
periwayatan yang dilakukan dengan lafal dan yang dilakukan dengan ma’na
(pengertian) saja.
18. Takhrij dapat menjelaskan sebab-sebab
timbulnya hadits.
19. Takhrij dapat menjelaskan masa dan tempat
timbulnya hadits.
20. Takhrij dapat mengungkapkan kemungkinan
terjadinya kesalahan percetakan dengan melalui perbandingan-perbandingan sanad
yang ada
C. Kitab-kitab yang diperlukan dalam
Mentakhrij
Dalam melakukan
takhrij, seseorang memerlukan kitab-kitab tertentu yang dapat dijadikan
pegangan atau pedoman sehingga dapat melakukan kegiatan takhrij secara mudah
dan mencapai sasaran yang dituju. Diantara kitab-kitab yang dapat dijadikan
pedoman dalam men-takhrij adalah: Usul al- Takhrij wa Dirasat al-Asanid oleh
Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad
al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij Hadis Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad
al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi
oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain. Selain kitab-kitab di atas, di dalam
men-takhrij diperlukan juga bantuan dari kitab-kitab kamus atau mu’jam hadis
dan mu’jam para perawi hadis, diantaranya seperti:
• AL-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis
An-Nabawi. Kitab ini memuat hadis-hadis dari Sembilan kitab induk hadis seperti
Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmidzi, Sunan abu Daud, Sunan Nasa’i,
Sunan ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa’ Imam Malik dan Musnad Imam Ahmad.
• Miftah
Kunuz al- Sunna. Kitab ini memuat hadis-hadis yang terdapat dalam empat belas
buah kitab, baik mengenai Sunnah maupun biografi Nabi. Yaitu selain dari
Sembilan kitab induk hadis yakni; musnad al-Tayalisi, Musnad Zaid ibn Ali ibn
Husein ibn Ali ibn Abi Talib, Al-Tabaqat al-Kubra, Sirah ibn Hisyam, Al-
Magazi. Sedangkan kitab yang memuat biografi para perawi hadis diantaranya
adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Thahhan sebagai berikut:
a) Kitab
yang memuat biografi sahabat
• Al-Isti ab fi Ma`rifat al Asahab, oleh ibn
‘abd al-Barr al-Andalusi (w. 463 H/1071 M).
• Usud
al-Ghabah fi Ma`rifat al-Sahabah, oleh Iz al-Din Abi al-Hasan Ali ibn
Muhammadibn Al-asir al-Jazari (w. 630 H/ 1232 M)
•
Al-Ishabah fi Tamyizal-Sahabah, oleh Al-Hafiz ibn Hajar al-asqalani (w. 852 H/
1449).
b) Kitab-kitab Tabaqat yaitu kitab-kitab yang
membahas biografi para perawi hadis berdasarkan tingkatan para perawi (tabaqat
al-ruwat), seperti:
• Al-Tabaqat al-Kubra, oleh `Abdullah Muhammad
ibn Sa`ad Khatibal-Waqidi (w. 230 H)
.•
Tazkirat al-Huffaz, karangan Abu `Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Usman
al-Zahabi (w. 748 H/ 1348 M).
c)
Kitab-kitab yang memuat para perawi hadis secara umum;
• Al-Tarikh al-Kabir, oleh Imam Al-Bukhari (w
256 H/870 M)
• Al-Jarh wa al-Ta`dil, karya ibn Abi Hatim (w
327 H).
d)
Kitab-kitab yang memuat perawi hadis dari kitab-kitab hadis tertentu
•
Al-Hidayah wa al-irsyad fi ma’rifat Ahl al-Tsiqat wa al-saad oleh Abu Nashr
Ahmad ibn Muhammad al-Kalabzi (w.398 H), Khusus memuat perawi kitab shahih
bukhari
• Rijal Shahih Muslim, oleh Abu Bakar Ahmad
ibn al-ashfalani (w. 438 H)
•
Al-Ta’rif Rijal al-Muwwaththa’, oleh Muhammad ibn Yahya al Hidzdza’ al-Tamimi
(w. 416 H)
D. Cara Pelaksanaan dan Metode
Takhrij
•
Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis
Metode
ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis dengan metode
ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah.
Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi; لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُرْعَةِ Untuk mengetahui lafaz lengkap
dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri
penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang
dimaksud.
Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad fuad
Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman 2014. Bearti, lafaz
yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa, bunyi lengkap
matan hadis yang dicari adalah;
عَنْ اَ بِيْ هُرَيْرَةََ أَنَّ رَسُوْلَ اللّهِ
صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاَلَ:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِاالصُرْعَةِ اِنَّمَا الشَدِيْدُ
الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَالغَيْبِ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw
bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang
itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalh orang
yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah”.
Metode
ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan yang besar bagi
seorang mukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan
tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan
atau perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, mak akan sulit unruk menemukan
hadis yang dimaksud. Sebagai contoh ; اِذاأَتَاكُمْ
مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَ خُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ
Berdasarkan teks di atas, maka lafaz pertama
dari hadis tersebut adalah iza atakum (اِذا اَتَاكُمْ). Namun, apabila yang diingat oleh
mukharrij sebagai lafaz pertamanya adalah law atakum (لَوْ
اَتَا كُمْ) atau iza ja’akum (اذاجَاءَكُمْ),
maka hal tersebut tentu akan menyebabkan sulitnya menemukan hadis yang sedang
dicari, karena adanya perbedaan lafaz pertamanya, meskipun ketiga lafaz
tersebut mengandung arti yang sama.
•
Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis
Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada
kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata
kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan
adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh
lebih cepat. Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan
pencarian hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaanya.
Kitab
yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras li
Al-faz Al-Hadis An-Nabawi (Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di
dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu; Sahih Bukhari, Sahih
Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan
Darimi, Muwaththa’ malik, dan Musnad Imam Ahmad) yang ditulis oleh A.J.Wensinck
yang merupakan orientalis dan guru besar bahasa arab pada universitas Leiden.
dan Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi Takhrij. Contohnya pencarian hadis berikut; اِنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ طَعَامِ
الْمُتَبَارِيَيْنِ أَنْ يُؤْكَلَ
Dalam
pencarian hadis di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui kata-kata naha (نَهَى)
ta’am ( طَعَام), yu’kal (يُؤْكَلْ) al-mutabariyaini (المُتَبَارِيَينِ).
Akan tetapi dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk
menggunakan kata al-mutabariyaini (المُتَبَارِيَيْنِ) karena kata tersebut jarang adanya.
Menurut
penelitian para ulama hadis, penggunaan kata tabara (تَبَارَى) di dalam kitab induk hadis (yang
berjumlah Sembilan) hanya dua kali. Langkah-langkah dalam menerapkan metode
ini:
Langkah pertama, adalah menentukan kata
kuncinya yaitu kata yang akan dipergunakan sebagai alatuntuk mencari hadis.
Sebaiknya kata kunci yang dipilih adalah kata yang jarang dipakai, karena
semakin bertambah asing kata tersebut akan semakin mudah proses pencarian
hadis. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk dasarnya. Dan
berdasarkan bentuk dasar tersebutdicarilah kata-kata itu di dalam kitab
Mu’jammenurut urutannya secara abjad (huruf hijaiyah).
Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata
kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan
melalui Mu’jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang
sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap). Mengiringi
hadis tersebut turut dicantumkan kitab-kitab yang menjadi sumber hadis itu yang
dituliskan dalm bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas.
•
Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama
Takhrij ini menelusuri Hadits melalui sanad
yang pertama atau yang paling atas yakni para sahabat atau tabi’in. berart
peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya dikalangan sahabat
atau tabi’in. dan dicari dalam kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad bin
Hambal, dan sebagainya. Kemudian bagaimana cara men-takhrij sebuah hadits
dengan menggunakan metode ini?, berikut contoh Hadits dalam Musnad Ahmad: عن انس بن مالك قال امر بلال ان يشفع الاذان ويترالاقامة Sahabat
perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik, terlebih dahulu Anas bin Malik itu
dilihat dalam daftar isi sahabat dalam kitab Musnad, maka didapati adanya
sahabat Anas pada juz 3 h. 98. Bukalah kitab dan halaman tersebut didalam kitab
Musnad Anas, dicari satu persatu hadits yang ingin dicari sampai ditemukan,
maka ditemukan pada hlm. 103. Dari pentakhrijan ini dapat dikatakan : Hadits
itu ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya Juz 3, h. 103.
•
Takhrij Berdasarkan Tema Hadis
Arti takhrij
kedua ini adalah penelusuran Hadits yang didasarkan pada topik, misalnya bab
Al-kalam, Al-khadim, Al-Ghusl, Ad-Dhahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti
hendaknya sudah mengetahui topik suatu Hadits kemudian ditelusuri melalui kamus
Hadits tematik.
•
Takhrij Berdasarkan Status Hadis
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang
telah dilakukan para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan
hadis berdasarkan statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu sekali dalam
proses pencarian hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, hadis
masyhur, hadis mursal dan lainnya. Seorang peneliti hadis dengan membuka
kitab-kitab seperti diatas dia telah melakukan takhrij al hadis. Kelebihan
metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini karena sebagian
besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis
sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena
cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam
karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini. Kitab
kitab yang disusun berdasarkan metode ini : • Al-Azhar al-Mutanasirah fi
al-Akbar al-Mutawatirah karangan Al-Suyuthi. • Al-Ittihafat al-Saniyyat fi
al-Ahadis al-Qadsiyyah oleh al-Madani. • Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan
kitab-kitab sejenis lainnya.
Mukharrij
Istilah lain
yang erat kaitannya dengan materi al hadis adalah al Mukharij. Al Mukharij
biasa diartikan sebagai orang yang mengumpulkan dan meriwayatkan serta
menuliskan hadis-hadis yang di perolehnya dalam sebuah catatan-catatan tertentu
atau di dalam buku yang diterbitkan oleh si mukharij tersebut. Penulisan
hadis-hadis yang diriwayatkannya itu tentunya disertai adanya sejumlah nama
yang menjadi jalur periwayatannya. Artinya hadis tersebut haruslah memuat
nama-nama perawi yang menjadi sanad (Transmiter) antara dirinya dengan
guru-guru yang meriwayatkan hadis padanya. Pengabaian ketentuan ini berakibat
pada kurangnya perhatian para ulama terhadap kitab yang dikarangnya, dan dampak
yang lebih lanjut kitab hadisnya tidak menjadi ajang kajian dan pegangan bagi
umat islam dan ulama yang berniat mengkajinya.
Imam Bukhary
dan Imam Muslim merupakan dua contoh nama bagi ulama yang pantas disebut
sebagai mukharrij. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kedua ulama
ini memiliki suatu kitab hadis tersendiri hasil dari upaya dan kerja kerasnya
di dalam meneliti dan mengkritisi hadis-hadis yang diriwayatkan oleh orang lain
kepada kedua beliau tersebut. Masing-masing dari kedua imam ini memiliki proses
periwayatan yang berbeda dan penggunaan nama atau sanad yang berbeda pula di
dalam mendukung keabsahan hadis-hadis yang mereka riwayatkan. Pada akhirnya
semua hadis yang mereka riwayatkan itu didokumentasikan dalam sebuah karya yang
dalam catatan sejarah islam karya mereka termasuk karya yang monumental dan
tiada yang dapat menandinginya sepanjang sejarah hingga kini. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa Sanad adalah rangkaian nama perawi hadis yang sambung
menyambung semenjak dari awal rawi (sahabat) sampai kepada akhir rawi
(Mukharrij). Sanad dalam pengertian yang sederhana dapat diartikan dengan suatu
jalan yang mengantarkan kita kepada matan hadis.
E. Kesimpulan
Takhrij hadis
adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya
yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya
masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan kualitas hadis yang
bersangkutan Secara umum ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu :
1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits,
dan
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits,
apakah dapat diterima atau ditolak Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak
sekali, diantaranya: 1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal
dari suatu hadits beserta ulama yang meriwayatkannya. 2. Menambah
pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ditunjukkannya.
3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat
diketahhui apakah munqathi’ atau lainnya, dan lain-lain. Diantara kitab-kitab
yang dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah: Usul al- Takhrij wa
Dirasat al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij
oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij Hadis Rasul Allah
Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi, Metodologi
Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain. Selain kitab-kitab di
atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan dari kitab-kitab kamus atau
mu’jam hadis dan mu’jam para perawi hadis, selain itu juga diperlukan kitab
yang memuat biografi para perawi hadis
Cara
Pelaksanaan dan Metode Takhrij
1. Takhrij
Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis
2. Takhrij
Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis
3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama
4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis
Daftar Pustaka
Abdul Majid Khon. Ulumul Hadits. Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah. 2010.
http://blog.sunan-ampel.ac.id/nurlaila/2011/05/31/takhrij-hadis-smt-2sjb/ (Akses 09
September 2012)
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/metode-takhrij-hadits/ (Akses 09
September 2012)