Selasa, 17 Maret 2015

Takhrij Hadist

MAKALAH
 “TAKHRIJ DAN MUKHARIJ”
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata kuliah Ulumul Hadis

 Di Susun oleh:    
Muhammad Syadid Daelami
NIM : 1413123043




JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Tahun 2013/2014
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon 45132


                                                KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Karena dengan limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Karya tulis ini membahas Takhrij dan Mukharij.
Penyajian makalah ini diawali dengan pendahuluan kemudian pembahasan dan yang terakhir penutup. Dengan harapan akan menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Takhrij dan Mukharij serta menambah semangat belajar dan meningkatkan prestasi kita.
Dengan diselesaikannya tugas makalah ini diharapkan kepada para mahasiswa supaya dapat memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji dalam makalah ini yang berkaitan dengan Takhrij dan mukharij.
Kamipun menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kami selaku penulis berharap kepada para pembaca agar dapat memahami lebih dalam tentang apa yang tertulis dalam makalah ini dan semoga apa yang kami susun dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan teimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat. Amiin …
                                                                                                     Cirebon, 10 Februari 2014
                                                                                                           

        Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

 Pada awalnya ilmu takhrij hadis tidak diperlukan oleh ulama namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan terhadap penunjukan hadis terhadab sumber aslinya maka memunculkan berbagai kitab-kitab takhrij, menjelaskan metodenya, dan menentukan kualitas hadis sesuai kedudukanya. Takhrij adalah menunjukkan hadits pada rujukan pokok ( asli ) yang sudah dikeluarkan lalu disebutkan pula kedudukan hadits tersebut pada saat yang diperlukan. Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Disamping itu, didalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadis. suatu hadis merupakan hal yang mutlak diperlukan. Dalam makalah takhrij hadis kali ini akan dibahas mengenai: Pengertian takhrij hadis, tujuan dan manfa’at takhrij hadis, kitab-kitab yang diperlukan dalam mentakhrij, cara pelaksanaan dan metode takhrij 












BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrij Hadis

            Secara etimologi, kata takhrij ( تخريج) berasal dari fi’il madli kharaja (ﺧﺭﱠﺝ) yang berarti mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata dasar khuruj (خروج) yang berasal dari kata kharaja (خرﺝ) yang berarti keluar. Dengan demikian takhrij hadis berarti mengeluarkan hadis dari sumbernya. Sedangkan secata terminology takhrij adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan. Sedangkan menurut Al-Thahhan, setelah menyebutkan beberapa macam pengertian takhrij di kalangan ulama hadis, menyimpulkan bahwa: takhrij hadis adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan.dari definisi tersebut terlihat bahwa hakikat dari takhrij al-hadis adalah:penelusuran atau pencarian sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan sanad-nya.

 B. Tujuan dan Manfa’at Takhrij Hadis.

 Mengenai tujuan dan manfaat takhrij hadits ini, ‘Abd al-Mahdi melihatnya secara terpisah antara satu dengan yang lainnya. Menurut ‘Abd al-Mahdi, yang menjadi tujuan dari takhrij adalah menunjukkan sumber hadits dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian, ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu :
1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima atau ditolak.
Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya:
1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits beserta ulama yang      meriwayatkannya.
 2. Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ditunjukkannya.
 3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi’ atau lainnya.
4. Memperjelas perawi hadits yang samar karena dengan adanya takhrij, dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
 5. Dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafadz dan yang dilakukan dengan makna saja.
 Sedangkan menurut ‘Abd al-Mahdi manfaat takhrij hadis setelah disimpulkan sebagai berikut : Diantara manfaat takhrij antara lain yaitu:
1. Takhrij dapat memperkenalkan sumber hadits.
 2. Takhrij dapat menambah perbedaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ada.
 3. Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad.
4. Takhrij memperjelas hukum hadits dengan banyak meriwayatkannya itu.
5. Dengan takhrij kita dapat mengetahui pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum hadits.
6. Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang samar.
7. Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya.
8. Takhrij dapat menafikan pemakaian “An” dalam periwayatan hadits oleh seorang perawi mudallis.
9. Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat.
10. Takhrij dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya.
11. Takhrij dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak dapat dalam satu sanad.
12. Takhrij dapat memperjelas arti kalimat yang asing yang terdapat dalam satu sanad.
13. Takhrij dapat menghilangkan hukum “syadz” (kesendirian riwayat yang menyalahi riwayat tsiqat) yang terdapat pada suatu hadits.
14. Takhrij dapat membedakan hadits yang mudraj (yang mengalami penyusupan sesuatu) dari yang lainnya.
15. Takhrij dapat mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dialami oleh seorang perawi.
16. Takhrij dapat mengungkap hal-hal yang terlupakan atau diringkas oleh seorang perawi.
17. Takhrij dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafal dan yang dilakukan dengan ma’na (pengertian) saja.
18. Takhrij dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya hadits.
19. Takhrij dapat menjelaskan masa dan tempat timbulnya hadits.
20. Takhrij dapat mengungkapkan kemungkinan terjadinya kesalahan percetakan dengan melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada 
C. Kitab-kitab yang diperlukan dalam Mentakhrij 

Dalam melakukan takhrij, seseorang memerlukan kitab-kitab tertentu yang dapat dijadikan pegangan atau pedoman sehingga dapat melakukan kegiatan takhrij secara mudah dan mencapai sasaran yang dituju. Diantara kitab-kitab yang dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah: Usul al- Takhrij wa Dirasat al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij Hadis Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain. Selain kitab-kitab di atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan dari kitab-kitab kamus atau mu’jam hadis dan mu’jam para perawi hadis, diantaranya seperti:
• AL-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi. Kitab ini memuat hadis-hadis dari Sembilan kitab induk hadis seperti Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmidzi, Sunan abu Daud, Sunan Nasa’i, Sunan ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa’ Imam Malik dan Musnad Imam Ahmad.
 • Miftah Kunuz al- Sunna. Kitab ini memuat hadis-hadis yang terdapat dalam empat belas buah kitab, baik mengenai Sunnah maupun biografi Nabi. Yaitu selain dari Sembilan kitab induk hadis yakni; musnad al-Tayalisi, Musnad Zaid ibn Ali ibn Husein ibn Ali ibn Abi Talib, Al-Tabaqat al-Kubra, Sirah ibn Hisyam, Al- Magazi. Sedangkan kitab yang memuat biografi para perawi hadis diantaranya adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Thahhan sebagai berikut:
 a) Kitab yang memuat biografi sahabat
 • Al-Isti ab fi Ma`rifat al Asahab, oleh ibn ‘abd al-Barr al-Andalusi (w. 463 H/1071 M).
 • Usud al-Ghabah fi Ma`rifat al-Sahabah, oleh Iz al-Din Abi al-Hasan Ali ibn Muhammadibn Al-asir al-Jazari (w. 630 H/ 1232 M)
• Al-Ishabah fi Tamyizal-Sahabah, oleh Al-Hafiz ibn Hajar al-asqalani (w. 852 H/ 1449).
b) Kitab-kitab Tabaqat yaitu kitab-kitab yang membahas biografi para perawi hadis berdasarkan tingkatan para perawi (tabaqat al-ruwat), seperti:
 • Al-Tabaqat al-Kubra, oleh `Abdullah Muhammad ibn Sa`ad Khatibal-Waqidi (w. 230 H)
.• Tazkirat al-Huffaz, karangan Abu `Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Usman al-Zahabi (w. 748 H/ 1348 M).
 c) Kitab-kitab yang memuat para perawi hadis secara umum;
 • Al-Tarikh al-Kabir, oleh Imam Al-Bukhari (w 256 H/870 M)
 • Al-Jarh wa al-Ta`dil, karya ibn Abi Hatim (w 327 H).
 d) Kitab-kitab yang memuat perawi hadis dari kitab-kitab hadis tertentu
 • Al-Hidayah wa al-irsyad fi ma’rifat Ahl al-Tsiqat wa al-saad oleh Abu Nashr Ahmad ibn Muhammad al-Kalabzi (w.398 H), Khusus memuat perawi kitab shahih bukhari
 • Rijal Shahih Muslim, oleh Abu Bakar Ahmad ibn al-ashfalani (w. 438 H)
 • Al-Ta’rif Rijal al-Muwwaththa’, oleh Muhammad ibn Yahya al Hidzdza’ al-Tamimi (w. 416 H)

 D. Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij 

         Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis
 Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi; لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُرْعَةِ Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud.
Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman 2014. Bearti, lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah;
عَنْ اَ بِيْ هُرَيْرَةََ أَنَّ رَسُوْلَ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاَلَ: لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِاالصُرْعَةِ اِنَّمَا الشَدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَالغَيْبِ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalh orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah”.
 Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan atau perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, mak akan sulit unruk menemukan hadis yang dimaksud. Sebagai contoh ; اِذاأَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَ خُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ
 Berdasarkan teks di atas, maka lafaz pertama dari hadis tersebut adalah iza atakum (اِذا اَتَاكُمْ). Namun, apabila yang diingat oleh mukharrij sebagai lafaz pertamanya adalah law atakum (لَوْ اَتَا كُمْ) atau iza ja’akum (اذاجَاءَكُمْ), maka hal tersebut tentu akan menyebabkan sulitnya menemukan hadis yang sedang dicari, karena adanya perbedaan lafaz pertamanya, meskipun ketiga lafaz tersebut mengandung arti yang sama. 

         Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis
Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat. Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaanya.
 Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi (Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu; Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa’ malik, dan Musnad Imam Ahmad) yang ditulis oleh A.J.Wensinck yang merupakan orientalis dan guru besar bahasa arab pada universitas Leiden. dan Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi Takhrij. Contohnya pencarian hadis berikut; اِنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ طَعَامِ الْمُتَبَارِيَيْنِ أَنْ يُؤْكَلَ
 Dalam pencarian hadis di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui kata-kata naha (نَهَى) ta’am ( طَعَام), yu’kal (يُؤْكَلْ) al-mutabariyaini (المُتَبَارِيَينِ). Akan tetapi dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan kata al-mutabariyaini (المُتَبَارِيَيْنِ) karena kata tersebut jarang adanya. 

Menurut penelitian para ulama hadis, penggunaan kata tabara (تَبَارَى) di dalam kitab induk hadis (yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini:
 Langkah pertama, adalah menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan dipergunakan sebagai alatuntuk mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih adalah kata yang jarang dipakai, karena semakin bertambah asing kata tersebut akan semakin mudah proses pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk dasar tersebutdicarilah kata-kata itu di dalam kitab Mu’jammenurut urutannya secara abjad (huruf hijaiyah).
 Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu’jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap). Mengiringi hadis tersebut turut dicantumkan kitab-kitab yang menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. 
           
         Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama
Takhrij ini menelusuri Hadits melalui sanad yang pertama atau yang paling atas yakni para sahabat atau tabi’in. berart peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya dikalangan sahabat atau tabi’in. dan dicari dalam kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad bin Hambal, dan sebagainya. Kemudian bagaimana cara men-takhrij sebuah hadits dengan menggunakan metode ini?, berikut contoh Hadits dalam Musnad Ahmad: عن انس بن مالك قال امر بلال ان يشفع الاذان ويترالاقامة Sahabat perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik, terlebih dahulu Anas bin Malik itu dilihat dalam daftar isi sahabat dalam kitab Musnad, maka didapati adanya sahabat Anas pada juz 3 h. 98. Bukalah kitab dan halaman tersebut didalam kitab Musnad Anas, dicari satu persatu hadits yang ingin dicari sampai ditemukan, maka ditemukan pada hlm. 103. Dari pentakhrijan ini dapat dikatakan : Hadits itu ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya Juz 3, h. 103. 

         Takhrij Berdasarkan Tema Hadis
Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran Hadits yang didasarkan pada topik, misalnya bab Al-kalam, Al-khadim, Al-Ghusl, Ad-Dhahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu Hadits kemudian ditelusuri melalui kamus Hadits tematik. 

         Takhrij Berdasarkan Status Hadis
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu sekali dalam proses pencarian hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal dan lainnya. Seorang peneliti hadis dengan membuka kitab-kitab seperti diatas dia telah melakukan takhrij al hadis. Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini. Kitab kitab yang disusun berdasarkan metode ini : • Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akbar al-Mutawatirah karangan Al-Suyuthi. • Al-Ittihafat al-Saniyyat fi al-Ahadis al-Qadsiyyah oleh al-Madani. • Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitab-kitab sejenis lainnya.
Mukharrij
Istilah lain yang erat kaitannya dengan materi al hadis adalah al Mukharij. Al Mukharij biasa diartikan sebagai  orang yang mengumpulkan dan meriwayatkan serta menuliskan hadis-hadis yang di perolehnya dalam sebuah catatan-catatan tertentu atau di dalam buku yang diterbitkan oleh si mukharij tersebut. Penulisan hadis-hadis yang diriwayatkannya itu tentunya disertai adanya sejumlah nama yang menjadi jalur periwayatannya. Artinya hadis tersebut haruslah memuat nama-nama perawi yang menjadi sanad (Transmiter) antara dirinya dengan guru-guru yang meriwayatkan hadis padanya. Pengabaian ketentuan ini berakibat pada kurangnya perhatian para ulama terhadap kitab yang dikarangnya, dan dampak yang lebih lanjut kitab hadisnya tidak menjadi ajang kajian dan pegangan bagi umat islam dan ulama yang berniat mengkajinya.
Imam Bukhary dan Imam Muslim merupakan dua contoh nama bagi ulama yang pantas disebut sebagai mukharrij. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kedua ulama ini memiliki suatu kitab hadis tersendiri hasil dari upaya dan kerja kerasnya di dalam meneliti dan mengkritisi hadis-hadis yang diriwayatkan oleh orang lain kepada kedua beliau tersebut. Masing-masing dari kedua imam ini memiliki proses periwayatan yang berbeda dan penggunaan nama atau sanad yang berbeda pula di dalam mendukung keabsahan hadis-hadis yang mereka riwayatkan. Pada akhirnya semua hadis yang mereka riwayatkan itu didokumentasikan dalam sebuah karya yang dalam catatan sejarah islam karya mereka termasuk karya yang monumental dan tiada yang dapat menandinginya sepanjang sejarah hingga kini. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Sanad adalah rangkaian nama perawi hadis yang sambung menyambung semenjak dari awal rawi (sahabat) sampai kepada akhir rawi (Mukharrij). Sanad dalam pengertian yang sederhana dapat diartikan dengan suatu jalan yang mengantarkan kita kepada matan hadis.
E. Kesimpulan

Takhrij hadis adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan Secara umum ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu : 

1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan 
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima atau ditolak Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya: 1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits beserta ulama yang meriwayatkannya. 2. Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ditunjukkannya. 
3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi’ atau lainnya, dan lain-lain. Diantara kitab-kitab yang dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah: Usul al- Takhrij wa Dirasat al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij Hadis Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain. Selain kitab-kitab di atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan dari kitab-kitab kamus atau mu’jam hadis dan mu’jam para perawi hadis, selain itu juga diperlukan kitab yang memuat biografi para perawi hadis 
Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij
1. Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis
2. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis
 3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama
 4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis


Daftar Pustaka

Abdul Majid Khon. Ulumul Hadits. Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah. 2010.