Kamis, 19 Maret 2015

Tanmiyah Mufrodah



BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Asing yang banyak dipelajari oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlu dikaji adanya pembelajaran bahasa yang tepat bagi orang-orang yang non Arab. Pembelajaran bahasa Asing termasuk dalam hal ini bahasa Arab bisa dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Demikian halnya dengan pembelajaran kosa kata (Mufradat).
Kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dimiliki oleh pembelajar bahasa Asing termasuk bahasa Arab. Pembendaharaan mufradat bahasa arab yang memadai dapat menunjang seseorang dalam berkomunikasi dan menulis dengan bahasa tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbicara dan menulis yang merupakan kemahiran berbahasa tidak dapat tidak, harus didukung oleh pengetahuan dan penguasaan kosakata yang kaya, produktif dan actual.

BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Mufradat
Mufradat merupakan kumpulan kata-kata tertentu yang akan membentuk bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem adalah suatu bahasa terkecil yang tidak biasa dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil yang maknanya relative stabil.[1]
Oleh karena itu, terkadang morfem bisa terdiri berdiri sendiri terkadang juga terikat. Sebagai contoh معلّم terdiri dari satu morfem, sedangkan المعلّم terdiri dari dua merfom yaitu ال dan معلم. Dan kata المعلّمون terdiri dari tiga merfom yaitu ال, معلّم,  dan ون. Masing-massing morfem diatas mempunyai makana tersendiri.[2]
Dalam pembelajaran bahasa Arab ada beberapa masalah dalam pembelajaran kosakata yang disebut problematika. Hal itu terjadi karena dalam pembelajaran mufradat mencakup didalamnya tema-tema yang kompleks yaitu perubahan derivasi, perubahan infleksi dan makna leksikal dan fungsional.


B.                 Jenis-jenis mufrodat
Rusydy Ahmad Tha’imah memberikan klasifikasi  mufradat menjadi empat yang masing-masing terbagi lagi sesuai dengan tugas dan fungsinya, sebagai berikut:[3]
1.                  Pembagian mufradat dalam konteks kemahiran kebahasaan
a.                   Mufradat untuk memahami bahasa lisan atau tulisan.
b.                  Mufradat untuk berbicara, dalam pembicaraan perlu perlu penggunaan mufradat yang tepat, baik pembicaraan informal maupun non formal.
c.                   Mufradat untuk menulis, penulisan pun membutuhkan mufradat yang baik dan tepat agar tidak disalahartikan oleh pembacanya. Penulisan ini mencakup penulisan informal seperti catatan harian, dan formal seperti penulisan buku, majalah dan sebagainya.
d.                  Mufradat fotensial, mufradat jenis ini terdiri dari murfadat  konteks yang dapat diinterpretasikan sesuai dengan konteks pembahasan, dan kosakata analisis yakni kosa kata yang dapat dianalisa berdasarkan karakteristik derivasi kata untuk selanjutnya dipersempit atau diperluas maknanya.

2.                  Pembagian mufradat menurut maknanya
a.                   Kata-kata inti. Mufradat ini adalah mufradat dasar yang membentuk sebuah tulisan menjadi valid misalnya kata benda, kata kerja, dan lain-lain.
b.                  Kata-kata fungsi. Kata-kata ini yang mengikat dan menyatukan mufradat dan kalimat sehingga membentuk paparan yang baik dalamsebuah tulisan. Contohnya huruf jar, dan adawatul istifham dan seterusnya.
c.                   Kata-kata gabungan. Mufradat ini adalah mufradat yang tidak dapat berdiri sendiri. Tetapi selalu dipadukan dengan kata-kata lain sehingga membentuk arti yang berbeda-beda. Misalnya kata رغب dapat berarti menyukai, bila kata tersebut dipadukan dengan فى menjadi رغب فى  . sedangkan bila diikuti dengan kata عن menjadi رغب عن artinya pun  berubah menjadi benci atau tidak suka.
3.                  Pembagian mufradat menurut karakteristik kata.
a.                   Kata-kata tugas yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan tugas, baik dalam lapangan kehidupan secara informal  maupun formal dan sifatnya resmi.
b.                  Kata-kata inti khusus. Yaitu kumpulan kata yang dapat mengalihkan arti kepada yang spesifik dan digunakan diberbagai bidang ulasan tertentu, yang biasa juga disebut local words atau utility words.
4.                  Pembagian mufradat menurut penggunaannya
a.                   Mufradat aktif yaitu mufradat yang umumnya banyak digunakan dalam berbagai wacana, baik pembicaraan, tulisan atau bahkan banyak didengar dan diketahui lewat berbagai bacaan.
b.                  Mufradat pasif, yaitu mufradat yang hanya menjadi pembendaharaan kata seseorang namun jarang ia gunakan. Mufradat ini diketahui lewat buku-buku cetak yang biasa menjadi rujukan dalam penulisan makalah atau karya ilmiah.

C.                 Fungsi Mufradat
Ditinjau dari segi fungsi, mufradat dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1.                  Al-Mufradat al-Mu’jamiyah, yaitu mufradat yang mempunyai mkana dalam kamus seperti kata قلم.
2.                  Al-mufradat al-Wadzifiyah, yaitu mufradat yang mengemban suatu fungsi tertentu, misalnya huruf jar, isyarah, dlamir dan lain-lain yang sejenis dengannya.

D.                Pembelajaran Mufradat
Menurut Ahmad Djanan Asifuddin, pembelajaran mufradat yaitu proses penyampaian bahan pembelajaran yang berupa kata atau bendaharaan kata sebagai unsure dalam pembelajaran bahasa Arab.[4] Oleh karena itu  pembelajaran bahasa Arab yang diselenggarakan pada suatu lembaga pendidikan perlu membersamakan dengan pembelajaran beberapa pola kalimat yang relevan.
Dalam pembelajaran mufradat da beberapa yang harus diperhatikan, yaitu:[5]
1.                  Pembelajaran mufradat tidak berdiri sendiri. Mufradat hendaknya tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan sangat terkait dengan pembelajaran muthala’ah, istima’, insya’, dan muhadatsah.
2.                  Pembatasan makna. Dalam pembelajaran mufradat hendaknya makna harus dibatasi sesuai dengan konteks kalimat saja, mengingat satu kata memiliki beberapa makna.
3.                  Mufradat dalam konteks. Beberapa mufradat dalam bahasa Asing (Arab) tidak bisa dipahami tanpa pengetahuan tentang cra pemakaiannya dalam kalimat. Mufradat seperti ini hendaknya diajarkan dalam konteks agar tidak mengaburkan pemahaman siswa.
4.                  Terjemah dalam pengajaran mufradat. Pembelajaran mufradat dengan cara menerjemahkan kata kedalam bahasa ibu adalah cara yang paling mudah, namun mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain dapat mengurangi spontanitas siswa ketika menggunakannya dalam ungkapan saat berhadapan dengan benda atau objek kata. Oleh karena itu, cara penerjemahan ini direkomendasikan sebagai senjata terakhir dalam pembelajaran mufradat .
5.                  Tingkat kesukaran. Bila ditinjau dari tingkat kesukarannya, mufradat bahasa Arab bagi pelajar di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.                   Kata-kata yang mudah, karena ada persamaannya dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia, seperti كتاب, كرسى, رحمة,
b.                  Kata-kata yang sedang dan tidak sukar meskipun tidak ada persamaannya dalam bahasa Indonesia seperti مدينة, سوق
c.                   Kata-kata yang sukar, baik karena bentuknya maupun pengucapannya. Seperti انزلق, تدهور, استولى



E.                  Tujuan utama pembelajaran mufradat bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1.                  Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa atau mahasiswa, baik melalui bahan bacaan maupun fahm al-Masmu’.
2.                  Melatih siswa atau mahasiswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar pula.
3.                  Memahami makna kosakata, baik secara denotatif atau leksikal (berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu (makna konotatif dan gramatikal).
4.                  Mampu mengapresiasi dan mempungsikan mufradat itu dalam berekspresi lisan (berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai dengan konteksnya yang benar.[6]
F.                  teknik yang dapat digunakan guru untuk menjelaskan arti kosakata dan sekaligus dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan makna kosakata bahasa Arab:
a.                   Menenyukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan sampelnya atau benda aslinya; menunjukkan pensil misalnya didepan siswa pada saat belajar menyebut kalimat mirsam.
b.                  Memperagakan: guru dapat menunjukkan makna kosakata yang hendak diajarkan dengan memperagakan orang yang sedang makan, untuk menjelaskan kata akala.
c.                   Memberi padanan kata (sinonim): guru dapat memberikan padanan bagi mosakata yang hendak diajarkan, seperti ketika mengajarkan kata qoada, guru dapat menyebutkan sinonimnya yaitu jalasa.
d.                  Member lawan kata (antonym): guru dapat memberikan kata yang maknanya berlawanan dengan kosakata yang hendak diajarkan, seperti guru dapat menjelaskan kata thawil, dengan menyebutkan lawan katanya yaitu qashir.
e.                   Memberikan asosiasi makna: guru dapat menjelaskan kata madrasah dengan memberikan asosiasi dengan menyebutkan kata-kata  seperti thalib, mudarris, sabburah,dan lainya. Sehingga pikiran siswa akan tertuju pada satu pengertian yaitu sekolah.
f.                   Menyebut akar kata dari derivasinya: guru dapat menjelaskan kata maktab dengan menunjukkan akar katanya beserta derivasinya, seperti kataba yaktubu kitabah dan seterusnya. Hal ini bisa membantu siswa memahami kosakata sesuai dengan perubahan kalimatnya.
g.                  Meminta siswa membaca berulang kali: guru bisa meminta siswa membaca kosakata baru yang didapatkan dari sebuah teks berulang kali, sehingga diharapkan dia dapat menemukan artinya setelah merangkainya dengan kata yang lain dalam teks yang dibacanya.
h.                  Membuka dan mencari makna kata dalam kamus: ketika mengajarkan kosakata baru, guru dapat meminta siswa langsung mencari maknanya melalui kamus.
i.                    Menerjemahkan losakata dalam bahasa ibu, cara ini merupakan jalan terakhir, ketika seluruh cara yang digunakan tidak mampu member pemahaman kepada siswa. Guru tidak dianjurkan terburu-buru menggunakan cara ini, karena cara ini berdampak negatif terhadap perkembangan kebahasaan siswa, seperti malas membuka kamus, berasosiasi dan sebagainya.[7]
Sedangkan bentuk-bentuk tes mufradat bahasa Arab yang dapat digunakan diantaranya adalah sebagai berikut:
a)                  Menyebutkan pengertian kata yang dimaksud
Guru dapat meminta siswa memberikan pengertian atas definisi terhadap kosakata yang ditanyakan pada tes, seperti:
اختر التعريف الصحيح للكلمة التي تحتها خط:
صديقي طبيب في مستشفى.
هو مكان.............
أ0نتلقى فيه العلم
ب.نتلقى فيه العلاج
ج.نؤدي فيه الصلوات
د.نلجأ اليه للراحة

b)                  Melengkapi kalimat (takmilah)
Siswa diminta untuk melengkapi kalimat dengan kata yang sesuai. Bentuk tes macam ini, bisa terdapat pada tes pilihan ganda maupun tes uraian seperti pada contoh berikut:
املأ الفراغ بوضع الكلمة الأنسب مما يلي:
نذهب إلى......للقراءة
أ‌.                    المكتب
ب‌.               المكتبة
ت‌.               دكان الكتب
ث‌.               معرض الكتاب
c)                  Menyebutkan padanan kata (muradif)
Siswa diminta untuk menyebutkan kata lain yang memiliki makna yang sama atau hampir sama dengan kosa kata yang dimaksud, seperti pada contoh berikut:




صل بين كل كلمتين لهما المعنى نفسه:
م
الكلمة

المعنى
1
وطن
أ
طعام
2
فترة
ب
والد
3
أكل
ج
أصدقاء
4
بعث
د
أبناء
5
أب
ه
زرع
6
أصحاب
و
بلد
7
عاد
ز
كثر
8
أولاد
ح
رجع
9
ازداد
ط
أرسل
10
غرس
ي
مدّة
هات المرادف للكلمات الآتية:
1.                 جسد    :................................
2.                 ملابس   :................................
3.                 ترك                :................................
4.                 بعد                :................................
5.                 درس     :................................
6.                 أصدقاء   :................................
7.                 يؤدي    :...............................
8.                 رجع      :...............................
9.                 يفقد     :...............................
G.                Bentuk Kata
Kata dapat diekspresikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Artinya, ketika kita mengajarkan kata baru, yang harus kita ajarkan adalah cara pengucapan dan sekaligus cara penulisannya yang benar.
Disisi lain kata memiliki bentuk morfologi tersendiri. Kata kerja misalnya, mempunyai bentuk tersendiri, begitu juga masdar (kata benda) abstrak, isim fail, isim maf’ul, sifah musyabbihah, isim marrah, isim nau’, isim alat, isim tafdil, jama’ mudzakar Sali,, maja’ mu’anats salim, dan sebagainya.
Sebaiknya guru mengajak siswanya mengkaji bentuk-bentuk kata tersebut dengan memperhatikan tingkat kemampuan siswa. Tentu saja langkah ini tidak cocok untuk siswa tingkat pemula. Pengkajian dan analisis bentuk kata seperti ini barang kali lebih cocok untuk siswa tingkat menengah keatas dan tingkat tinggi.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pada prinsipnya mufradat adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran bahasa terutama bahasa Asing. Komunikasi manusia baik berupa tulisan maupun lisan yang dibangun oleh penggunaan mufradat yang tepat dan memadai serta kaya akan bentuk dan maknanya akan memberikan prestasi tertentu bagi penggunanya.
Oleh karena itu pembelajaran mufradat sebagai bagian dari pembelajaran bahasa dapat dijadikan salah satu factor pendukung untuk memperoleh kemahiran berbahasa,.
DAFTAR PUSTAKA

DR. Muhammad Ali Al-Khuli, strategi pembelajaran bahasa arab, baSan Publishing, 2010, sleman Yogyakarta,
H.M. Abdul Hamid, M.A, mengukur kemampuan bahasa arab, UIN-MALIKI PRESS, 2010, malang





       [1] Harimurti Kridalaksana, kamus……hlm. 157
       [2] Dr. Muhammad Ali Al-Khuli, strategi pembelajaran bahasa Arab, hlm. 87
    [3] Rusydy A. Tha’imah, Al-Marja’ fi ta’lim al-lughah al-‘arabiyah li al-nathiqin bi lughah ukhra, jami’ah ummu al-qura, ma’had al-lighah al-‘arabiyah, wahdat al-buhuts wa al-manahij, silsilah dirasat fi ta’lim al-‘arabiyah, juz II, hlm. 616-617.
[4] Ahmad Djanan Asifuddin, metodologi pembelajaran bahasa Arab.
[5] Ahmad Fuad Effendi, Metodologi…..hlm. 97-98
[6] Muhbib Abdul Wahab, 2008:152 Thu’aimah, 1989:198

Tidak ada komentar:

Posting Komentar